Yayasan Jantung Indonesia (Indonesian Heart Foundation) adalah lembaga nirlaba yang fokus kepada peningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat akan pentingnya upaya pencegahan Penyakit Jantung dan Pembuluh darah melalui pemasyarakatan Panca Usaha Jantung Sehat.
Cikal bakal Yayasan Jantung Indonesia dimulai pada Kongres Ilmiah Kardiologi Nasional yang pertama pada tanggal 10-12 Agustus 1974 di Taman Ismail Marzuki Jakarta. Kasus Penyakit Jantung Dewi Sartika gadis cilik berusia 9 tahun yang kurang mampu mengemuka di kongres ini, telah menggugah para peserta kongres untuk melakukan langkah-langkah mengatasi penyakit gadis tersebut. Para dokter peserta memutuskan untuk segera mengatasinya dengan alat pacu jantung. Alat tersebut disamping harganya mahal, juga harus didatangkan dari luar negeri.
Diperlukan bantuan dana untuk pembelian alat pacu jantung bagi Dewi Sartika. Pada kesempatan yang sama, Menteri Kesehatan Prof. G.A. Siwabessy dan Gubernur DKI Jakarta, Ali Sadikin menyarankan agar dibentuk badan sosial yang menangani masalah-masalah penyakit jantung, dan bagaimana dapat diwujudkan pemberian layanan yang sama bagi penderita penyakit jantung baik dari kalangan mampu maupun tidak mampu.
Kasus tersebut menjadi perhatian dan menggugah hati masyarakat untuk memberikan bantuan. Kemudian melalui Humas Departemen Kesehatan berita tersebut disebarluaskan ke seluruh Indonesia. Akhirnya terkumpullah bantuan dari berbagai lapisan masyarakat. Dana yang diperoleh melebihi harga sebuah alat pacu jantung.
Dalam gelora kisah kemanusiaan ini, timbul gagasan dari kongres bahwa dirasakan perlu adanya satu lembaga bertingkat nasional yang bertujuan membantu para penderita penyakit jantung dari kalangan kurang mampu.
Lima ahli kardiologi terkemuka yaitu (alm.) dr. Sukaman, (alm.) dr. Loetfi Oesman, dr. Lily Ismudiati Rilantono, dr. Dede Kusmana, dan (alm.) dr. Boerman mengambil inisiatif mendirikan sebuah yayasan. Atas persetujuan orang tua gadis di atas, organisasi nirlaba ini dinamakan Yayasan Jantung Indonesia Dewi Sartika, berdiri pada tanggal 4 Oktober 1974. dengan modal Rp. 3.081.000,- melalui akta notaris Soeleman Ardjasasmita.
Yayasan menjadi Anggota Federasi Jantung Sedunia pada tahun 1978 di Kongres Federasi Jantung Sedunia di Tokyo Jepang. Hingga tahun 1980 bedah jantung / Coronary Bypass belum pernah dilakukan di Indonesia. Sehubungan dengan hal tersebut pada tanggal 12 Maret 1981 yayasan memprakarsai mengundang Dr. Michael E. De Bakey dan Methodist Hospital USA. Ia melakukan operasi bedah jantung pintas koroner di RS Gatot Subroto dan melakukan alih teknologi bedah jantung koroner bagi dokter-dokter kita. Kegiatan ini turut mendorong berdirinya RS Jantung Harapan Kita.
Pada 9 November 1981 nama yayasan berubah menjadi Yayasan Jantung Indonesia seiring perkembangan kegiatan. Perubahan ini juga ditandai dengan terbentuknya cabang-cabang yayasan di berbagai kota di Indonesia.